Mengenai Saya

Senin, 21 Februari 2011

Kisah anak yang dikutuk menjadi seekor semut

Kisah anak yang dikutuk menjadi seekor semut

Ini adalah kisah antara Clarissa, anak yang nakal namun segera berubah karena kutukan dari sang ibu. Begini ceritanya. Pada suatu kisah, Clarissa mencuri uang ibunya. Padahal itu untuk keperluan sehari-hari. Maka tatkala Clarissa baru datang, selepas bermain-main dengan kawannya. Dia bertemu sang ibu yang saat itu wajahnya sedang bersungut-sungut.
"Dasar anak durhaka", Clarissa terpaku, "perilakumu tak lebih baik dari seekor semut". Ibu Clarissa naik pitam. Melihat anaknya tak acuk akan perkataannya. Maka saat itu juga dia lebih rela anaknya jadi semut agar sadar betul apa yang telah diperbuatnya.
Lalu sejurus kemudian, tubuh Clarissa menciut seperti liliput. Semakin mengerdil, berangsur-angsur berubah jadi. Kini dia hilang dalam sekejab. Mamanya yang masih marah tidak begitu peduli. Setelah beberapa saat, dia sadar bahwa anaknya benar-benar raib dan berubah jadi semut. Dan sekarang pergi entah ke mana.
#####
Clarissa berjalan sempoyongan. Tubuhnya kini berubah jadi hewan serangga yang mungil dan merah menyala. Berantena panjang menjuntai-juntai. Tubuh yang berbuku-buku merah menyala. Kaki-kaki yang kuat dan liat.
"Oh Tuhan, malangnya nasib ku" Clarissa menyesal. "Apakah yang harus saya lakukan untuk menebus kesalahan ku ini?". Lalu, Clarissa berjalan merayap ke sebuah pohon waru. Mengendus-endus. Mengendap-endap seperti bajing yang hendak mencuri kelapa dari manggarnya. Pohon waru itu menariknya untuk datang. Dia melihat kawanan semut merah, yang kini sejenis dengan dirinya, tampak lalu lalang.
"Hai kawan, siapa namamu", tanya semut yang baru ditemuinya. Melihat Clarissa tamapk membisu dalam sekejab dia menambahkan, “perkenalkan, Sinta”, sambil mejulurkan tangan ke arah tamu barunya. Clarissa tampak asing di situ. "Aku di mana?, kamu bisa bicara juga?", Clarissa tampak heran. Dilihatnya sekeliling. Dia kagum bukan kepalang. Dia kagum akan peradaban semut. Mereka ternyata mampu menyulap daun-daun, ranting-ranting dan dahan menjadi bangunan-banguna rumah yang apik. Sebuah bukti dari kuasa Tuhan.
Kini dia tahu kehebatan dari bangsa semut. Mereka terkenal rajin dan tekun. Setiap saat mereka berjalan jauh hanya demi membawa remahan roti, atau daun-daun yang telah dipotong dengan gerigi mereka. Dia sadar selama ini dia enggan sekali membantu pekerjaan ibunya. Bahkan tidak jarang uang ibunya sering raib karenanya. Hanya demi membeli mainan baru atau hal-hal tidak berfaedah.
Clarissa masih tampak kikuk. Dia berjalan terbata-bata. Sesekali kakinya gemericik tanda gusar membelenggunya.
"Kenapa kamu bisa sampai sini". Sinta melihat dengan seksama dari ujung kepala sampai ujung kaki. Belum pernah dia jumpai semut seperti Clarissa sebelumnya.
"Aku ini manusia, dan entah mengapa aku berubah jadi sperti ini", Clarissa mengatur nafas. Terbata-bata irama degup jantungnya. "Lalu?” tanya Sinta penasaran. "Aku tahu, kamu pasti melakukan sebuah kesalahan fatal,” Sinta melentikkan jemarinya. "Be...be…nar", sambut Clarissa. "Kalau begitu kamu tinggal di sini saja", lanjut Sinta. "Ta..ta..pi…,” Clarissa ragu, “Harus sampai kapan?", kini wajahnya lusuh.
"Sampai kutukannya hilang", Santi menepuk pundak Clarissa, dia menjadi lebih akrab. “Jika kamu dapat mengubah sifat buruk mu, kamu akan segera kembali seperti semula,” Sinta sangat yakin.
Setelah itu hari berganti hari. Hari-hari Clarissa dihabiskan bersama teman-teman barunya. Dia tampak menikmati rasa kekeluargaan yang tumbuh di koloni itu. Mereka sering main petak umpet ala semut. Saling berkejar-kejaran. Mencari dahan untuk dijadikan rumah-rumahan. Mencari gula, ranting, remahan roti untuk sekedar dijadikan kudapan. Clarissa pun jadi rajin, tekun dan suka membantu kawannya.
Hari-harinya tampak begitu indah.
Hingga ia sadar harus sampai kapan ini dilakukannya. Clarissa mulai rindu dengan ibunya. Bagaimana keadaan orang yang paling dicintainya itu.
Lalu di lain tempat, ibunya tampak sedih. Air matanya bercucuran. Dia tampak menyesal. Kini hanya bias berharap anaknya kembali utuh ke wujud manusia. Dilihatnya lekat-lekat seekor semut yang sedang merayap di ujung tangannya. Entah sejak kapan semut merah menyala itu ada di sana.
Lalu doa-doa dirapalkan. Komat-kamit mulut sang ibu meninggikan harapan. Dia sangat berharap anaknya kembali. Dengan ikhlas sang ibu berdoa. Matanya terpejam. Lalu seketika itu juga sang semut tadi berubah menjadi Clarissa seutuhnya. Ketika matanya terbuka dilihatnya wajah anaknya berbinar-binar. Senyum manis tersungging. Menyimpul syahdu dengan balutan linangan air mata yang sempat luruh. Mereka saling berpelukkan. Saling melepas rindu yang mendalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar